Selasa, 12 September 2017

Apakah Air Mineral Dapat Kadaluarsa? Ini Jawabannya!

Seperti susu, keju atau telur, semua makanan yang kita makan dengan baik tidak melewati masa kadaluwarsa untuk memastikan kesegarannya. Agar bisa memberi manfaat sehat bagi tubuh, dan bukan sebaliknya.

Menurut Live Science, meski air itu sendiri tidak akan kadaluarsa, botol plastik atau gelas yang digunakan untuk kemasan bisa "bocor" bahan kimia ke dalam air dan mempengaruhi keseluruhan rasa.

Kebocoran bisa terjadi karena beberapa hal, seperti botol sudah terlalu lama (habis masa berlakunya), botol pecah, kering matahari, atau diisi air panas.

Salah satu bahan kimia berbahaya dalam botol plastik adalah bisphenol A (BPA). Menurut FDA (Food and Drug Administration), BPA sangat sulit dihindari. Karena BPA bisa masuk ke tubuh jika wadah plastik dipanaskan, tergores, rusak atau kadaluarsa (terlalu lama).

BPA dianggap berbahaya, karena kehadirannya bisa mengganggu fungsi endokrin. Endokrin itu sendiri memiliki peran penting dalam pertumbuhan dan perkembangan, metabolisme tubuh, penyesuaian mood, dan juga berhubungan dengan fungsi seksual dan reproduksi.

Namun, menurut FDA, kandungan BPA saat ini yang terkandung dalam kemasan makanan dianggap tidak membahayakan kesehatan orang dewasa, namun masih bisa menimbulkan masalah serius bagi anak-anak dan bayi. BPA yang ditakuti dapat mengganggu sistem hormonal yang mengganggu kesehatan fisik, pertumbuhan dan bahkan berpotensi memicu sikap agresif dan gelisah pada bayi.

Karena itu, kalaupun tidak ada masalah kesehatan berarti kadang minum air mineral tidak segar, tidak ada salahnya menghindari air mineral yang memiliki bau atau rasa aneh, apalagi bila diberikan pada anak sejak usia dini.

Selasa, 22 Agustus 2017

Seberapa Penting Vaksin Campak Rubella?

Ungkapan "mencegah daripada mengobati" terus diaktifkan, termasuk melalui pengiriman vaksin. Pada bulan Agustus 2017, pemerintah secara aktif mengkampanyekan pentingnya vaksin dan vaksin terhadap penyakit campak dan rubella melalui institusi kesehatan dan sekolah.

Munculnya program ini menghasilkan berbagai reaksi, seperti keragu-raguan orang tua untuk memvaksinasi bayi, serta labirin berita yang membingungkan yang membuat mereka ragu.

"Kembalilah ke Cilegon dengan pertanyaan," dekboy nanti vaksin MR? "Dan saya setuju, trs dlnjjuh pernyataan mbak" ati2 bs autis! ", Tulis Afliea Hidayah di akun Twitternya @ieafliea.

Jayanti carakuhidupsehat.com menulis: "Gagasan tentang anak itu menginginkan vaksin MR, menyuntikkan donk desiree dan saya pikir saya berpikir bgt. Apa yang saya iniii, oyin body panas aja sudah kutangisin."

Tidak seperti Inggit Sovia Dewi, dia masih kekurangan informasi tentang persiapan vaksinasi, jadi dia bertanya kepada @dr_piprim bahwa itu tidak lain adalah soal dokter anak, Piprim B. Yanuarso.

"Dr. Assalamualaikum dari anak saya @dr_piprim akan menggunakan vaksin MR, tapi sekarang batuk dan pilek, bisakah Anda mendapatkan suntikan?" Dia mencicit.

Ada juga yang membingungkan karena setelah vaksin, anak itu tidak sebagus pengalaman @ desly1985 akun.

"Selesaikan vaksin MR Tapi mengapa tidak seperti tubuh dan anak yang baik? Apa akibat batuk?" Dia menulis.

Seberapa pentingkah vaksin MR?

Kementerian Kesehatan menyatakan, vaksin ini sangat penting dilakukan. Orang perlu meningkatkan kesadaran bahwa campak dan rubella menular dan berbahaya. Evaluasi Presiden Komnas dan melawan kejadian setelah imunisasi (PP KIPI), Hindra Irawan Satari mengatakan bahwa negara lain bebas campak dan rubella pada 2015. Artinya, Indonesia harus mengejar ini.

"Kita semua ingin anak tumbuh dan berkembang dengan kesehatan, kecerdasan dan prestasi, jadi penting bagi orang tua untuk mengimunisasi anak mereka," katanya pada sebuah konferensi pers di Kementerian Kesehatan.

Ia menyesalkan, orang tua bahkan kurang memperhatikan pengumuman atau peredaran di institusi kesehatan atau sekolah tentang manfaat vaksin, persiapan dan efek samping. Ini juga menanyakan apakah ada kejadian tindak lanjut pasca-vaksinasi, orang tua harus memberi tahu institusi kesehatan atau sekolah tempat mereka membawa anak mereka untuk mendapatkan vaksinasi.

Sementara itu, ahli saraf Irawan Wiragunatmadja mengatakan, virus campak sangat berbahaya bagi anak-anak. Anak sehat, lanjutnya, terkena virus tersebut, akan menyebabkan ruam atau ruam, jika kondisinya lebih parah akan terkena pneumonia atau infeksi pernafasan.

"Lebih buruk lagi, anak mungkin mengalami kejang, kelumpuhan dan bahkan kematian, dan jika dia bertahan, komplikasi timbul. (Sementara) sindrom rubella sangat berat, bisa gangguan otak, mata, pendengaran, jantung bisa hilang. ".